REVOLUTIONARY STRUGGLE OF SUBALTERN WOMEN IN BENDE MATARAM DRAMA SCRIPT

Authors

  • Guntur Sekti Wijaya UIN Sunan Ampel Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.33752/disastri.v5i1.3720

Abstract

Budaya kolonialisme tidak berhenti saat penjajah pergi dari bekas tanah jajahannya. Budaya tersebut berasimilasi dengan budaya penduduk setempat dengan wujud baru. Jika dulu penjajah menguasai terjajah, maka di zaman pascakolonial penjajah dipegang penduduk yang memunyai kekuasaan untuk menguasai terjajah yang dipegang oleh orang-orang yang dikalahkan. Hal tersebut terjadi pada ranah subaltern di mana Spivak mengkhususkan atensinya terhadap para perempuan yang dipinggirkan. Hal tersebut tampak dalam naskah drama Bende Mataram di mana perempuan dialienasi oleh banyak lapisan. Meski begitu, perempuan di dalam naskah drama tersebut tidak diam, tetapi mereka menunjukkan perlawanan. Mekanisme ketertindasan dan resistensi perempuan di dalam naskah drama tersebut dianalisis dengan menggunakan teori milik Spivak. Hasilnya, tampak bahwa perempuan tidak hanya ditundukkan dalam bingkai laki-laki dan perempuan, tetapi ia juga ditundukkan dalam bingkai ayah dan anak perempuan dalam keluarga. Kendati begitu, sebagai perempuan sekaligus anak perempuan ia berani untuk menyuarakan pendapatnya sebagai bentuk resistensi. Hal tersebut menjadi penanda bahwa perempuan juga bisa berbicara untuk menentang ketertindasannya. Ini menjadi jalan masuk penelitian lain bahwa sebenarnya perempuan juga bisa beraksi atau bahkan melawan dominasi yang menindasnya. Perempuan tidak hanya beposisi sebagai objek, tetapi mereka malah bisa menjadi subjek penting dalam bermasyarakat.

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2023-04-08

How to Cite

Wijaya, G. S. (2023). REVOLUTIONARY STRUGGLE OF SUBALTERN WOMEN IN BENDE MATARAM DRAMA SCRIPT. Jurnal Disastri: Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(1), 87–98. https://doi.org/10.33752/disastri.v5i1.3720